Hi

Minggu, 22 Februari 2015

Lumpur Lapindo Sidoarjo



A.   PENGERTIAN LUMPUR LAPINDO
      Lumpur Lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas  yang terjadi di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. 
      Lumpur Lapindo menurut beberapa ahli, yaitu :
      Menurut ahli geologi Dr. Adi Priyadi Kadar, “Semburan lumpur Lapindo merupakan mud volcano, sumber semburannya diyakini bukan berasal dari sumur eksplorasi Banjar Panji I.” (Jawa Pos, 31 Desember 2006).
      Seperti juga dikatakan Dosen Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Dr. Ir. Agus Guntoro, “Fakta-fakta geologi di permukaan di sekitar Jawa Timur dan Sidoarjo menunjukkan adanya mud volcano, baik yang masih aktif maupun tidak aktif, semburan lumpur Sidoarjo dipacu aktifitas tektonik dan sulit dihentikan, volumenya besar dan tidak  mungkin keluar dari lubang sumur.”
      Menurut mantan Ketua Ikatan Geologi Indonesia Dr. Ir. Andang Bachtiar, “Lumpur Lapindo sebagai mud volcano dan belum ada sejarah hal itu bisa ditutup manusia dengan teknologi atau dihentikan dengan cara meledakkannya. Siapapun, jelas tidak bisa memprediksi apa sebenarnya yang terjadi pada perut bumi.” (Sinar Harapan, 22 Pebruari 2008).
      Dari kesimpulan menurut beberapa ahli di atas, Lumpur Lapindo terjadi karena karena faktor alam dan bukan akibat pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc.Tetapi di sisi lain ada yang mengatakan bahwa Lumpur Lapindo terjadi karena faktor keteledoran manusia. Yang memang sengaja melakukan pengeboran yang di lakukan PT Lapindo di daerah sekitar.

B.     DAMPAK LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Akibat/dampak yang ditimbulkan dari semburan lumpur lapindo sangatlah banyak, terutama bagi warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan menyangkut beberapa aspek, seperti dampak sosial dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa dampak sosial yang terjadi akibat luapan lumpur lapindo, misal dampak terhadap perekonomian di Jawa Timur, dampak kesehatan, dan dampak pendidikan.
Dampak pada perekonomian mengakibatkan PT Lapindo melalui PT Minarak Lapindo Jaya mengeluarkan dana untuk mengganti tanah masyarakat dan membuat tanggul sebesar 6 Triliun Rupiah. Tinggi genangan lumpur yang mencapai 6 meter di pemukiman warga sudah membuat warga rugi atas rumah/tempat tinggal, lahan pertaniannya dan perkebunan yang rusak. Pabrik-pabrik pun rusak tidak bisa difungsikan untuk proses produksi, sarana dan prasarana (jaringan telepon dan listrik) juga tidak dapat berfungsi, serat terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang mengakibatkan aktivitas produksi dari Mojokerto dan Pasuruan yang selama ini menjadi salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Gas Metana yang beracun tersebut banyak menyebabkan penyakit bagi warga yang menghirupnya. Tercatat dampak kesehatan di Puskesmas Porong menunjukkan banyaknya penderita infeksi saluran pernafasan yang semakin meningkat sejak 2006 lalu hingga mencapai 52.543 orang di 2009. Dan juga penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang di 2009 yang sebelumnya tercatat 7.416 di 2005.
Untuk masalah pendidikan, ada 33 sekolah tenggelam dalam lumpur dan sampai Juni 2012 belum ada sekolah yang dibangun sebagi pengganti. Akhirnya pendidikan yang harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Dampak berikutnya adalah pencemaran lingkungan, dampak ini sebenarnya sudah berhubungan dengan dampak-dampak yang lain, dampak kesehatan misalnya. Dari lingkungan yang lama setelah semburan lumpur tak tertanggulangi akan menimbulkan pencemaran yang luar biasa. Pencemaran ini sungguh merugikan sekali, karena lingkungan yang sangat berdampak dengan aktivitas manusia harus punah dan tidak bisa digunakan lagi.
Dampak-dampak yang timbul telah lama dimintai pertanggungjawaban oleh warga. Namun warga belum merasakan ganti rugi oleh PT Lapindo serta tindakan pemerintah atas meluapnya lumpur panas tersebut. Akhirnya perpecahan mulai muncul antara pemerintah, PT Lapindo Brantas dan warga korban lumpur lapindo. 

         C.    UPAYA PENANGGULANGAN LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur lapindo adalah dengan membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu. Namun tanggul yang dibangun bisa sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari terus meluap naik. Hingga akhirnya direncanakan akan membangun beberapa waduk untuk membendung lumpur tersebut. Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang jelas.
Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa luapan lumpur bisa diatasi dengan melakukan beberapa skenario, namun hingga 2009 luapan tidak bisa dihentikan yang artinya luapan ini adalah fenomena alam yang akan susah ditanggulangi tanpa ijin Tuhan.
Beberapa skenario yang dikatakan diatas antara lain :
1.      Menggunakan suatu sistem yang disebut Snubbing Unit yaitu sistem peralatan bertenaga hidraulik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan di dalam sumur yang sudah ada. Rencananya Snubbing Unit  digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor yang tertinggal didalam sumur, jika mata bor ditemukan maka bor tersebut akan didorong masuk kedalam sumur lalu dasar sumur akan dututp dengan semen dan lumpur berat. Tetapi rencana ini gagal karena bor gagal didorong masuk kedalam sumur.
2.      Rencana pengeboran miring menghindari mata bor yang tertinggal.Namun rencana ini juga gagal hingga akhirnya sumur BPJ-1 ditutup secara permanen.
3.      Pembuatan sumur-sumur baru di sekitar sumur BPJ-1. Ada tiga sumur yang dibangun, yaitu sumur pertama dibangun sekitar 500 meter barat daya sumur BPJ-1, sumur kedua dibangun sekitar 500 meter barat laut sumur BPJ-1, dan sumur ketiga dibangun sekitar utara timur laut dari sumur BPJ-1. Sumur-sumur tersebut digunakan untuk mengepung retakan-retakan tempat keluarnya lumpur. Rencana ini gagal karena bermasalah dengan biaya yang begitu mahal dan memakan waktu.

            D.    HASIL UJI LUMPUR

Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada di bawah baku mutu.



Penyebab lumpur lapindo
            Mata bor menyentuh batu gamping. PT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya menyentuh titik batu gamping saja. Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis, lalu PT Lapindo berusaha menarik bor, tetapi gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi pengeboran dihentikan serta perangkap BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida tersebut harus mencari jalan lain untuk bisa keluar. Itu lah yang menyebabkan penyemburan tidak hanya terjadi di sekitar sumur melainkan di beberapa tempat. Oleh karena itu terjadilah semburan lumpur lapindo