A.
PENGERTIAN LUMPUR LAPINDO
Lumpur
Lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas yang
terjadi di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29
Mei 2006. Lumpur Lapindo menurut beberapa ahli, yaitu :
Menurut ahli geologi Dr. Adi Priyadi Kadar, “Semburan lumpur Lapindo merupakan mud volcano, sumber semburannya diyakini bukan berasal dari sumur eksplorasi Banjar Panji I.” (Jawa Pos, 31 Desember 2006).
Seperti juga dikatakan Dosen Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Dr. Ir. Agus Guntoro, “Fakta-fakta geologi di permukaan di sekitar Jawa Timur dan Sidoarjo menunjukkan adanya mud volcano, baik yang masih aktif maupun tidak aktif, semburan lumpur Sidoarjo dipacu aktifitas tektonik dan sulit dihentikan, volumenya besar dan tidak mungkin keluar dari lubang sumur.”
Menurut mantan Ketua Ikatan Geologi Indonesia Dr. Ir. Andang Bachtiar, “Lumpur Lapindo sebagai mud volcano dan belum ada sejarah hal itu bisa ditutup manusia dengan teknologi atau dihentikan dengan cara meledakkannya. Siapapun, jelas tidak bisa memprediksi apa sebenarnya yang terjadi pada perut bumi.” (Sinar Harapan, 22 Pebruari 2008).
Dari kesimpulan menurut beberapa ahli di atas, Lumpur Lapindo terjadi karena karena faktor alam dan bukan akibat pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc.Tetapi di sisi lain ada yang mengatakan bahwa Lumpur Lapindo terjadi karena faktor keteledoran manusia. Yang memang sengaja melakukan pengeboran yang di lakukan PT Lapindo di daerah sekitar.
B.
DAMPAK LUAPAN LUMPUR
LAPINDO
Akibat/dampak yang ditimbulkan dari semburan lumpur lapindo
sangatlah banyak, terutama bagi warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan
menyangkut beberapa aspek, seperti dampak sosial dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa dampak sosial yang terjadi akibat luapan
lumpur lapindo, misal dampak terhadap perekonomian di Jawa Timur, dampak
kesehatan, dan dampak pendidikan.
Dampak pada perekonomian mengakibatkan PT Lapindo melalui
PT Minarak Lapindo Jaya mengeluarkan dana untuk mengganti tanah masyarakat dan
membuat tanggul sebesar 6 Triliun Rupiah. Tinggi genangan lumpur yang mencapai
6 meter di pemukiman warga sudah membuat warga rugi atas rumah/tempat tinggal,
lahan pertaniannya dan perkebunan yang rusak. Pabrik-pabrik pun rusak tidak
bisa difungsikan untuk proses produksi, sarana dan prasarana (jaringan telepon
dan listrik) juga tidak dapat berfungsi, serat terhambatnya ruas jalan tol
Malang-Surabaya yang mengakibatkan aktivitas produksi dari Mojokerto dan Pasuruan
yang selama ini menjadi salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Gas Metana yang beracun tersebut banyak menyebabkan
penyakit bagi warga yang menghirupnya. Tercatat dampak kesehatan di Puskesmas
Porong menunjukkan banyaknya penderita infeksi saluran pernafasan yang semakin
meningkat sejak 2006 lalu hingga mencapai 52.543 orang di 2009. Dan juga
penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang di 2009 yang sebelumnya
tercatat 7.416 di 2005.
Untuk masalah pendidikan, ada 33 sekolah tenggelam dalam
lumpur dan sampai Juni 2012 belum ada sekolah yang dibangun sebagi pengganti.
Akhirnya pendidikan yang harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Dampak berikutnya adalah pencemaran lingkungan, dampak ini
sebenarnya sudah berhubungan dengan dampak-dampak yang lain, dampak kesehatan
misalnya. Dari lingkungan yang lama setelah semburan lumpur tak tertanggulangi
akan menimbulkan pencemaran yang luar biasa. Pencemaran ini sungguh merugikan
sekali, karena lingkungan yang sangat berdampak dengan aktivitas manusia harus
punah dan tidak bisa digunakan lagi.
Dampak-dampak yang timbul telah lama dimintai
pertanggungjawaban oleh warga. Namun warga belum merasakan ganti rugi oleh PT
Lapindo serta tindakan pemerintah atas meluapnya lumpur panas tersebut. Akhirnya
perpecahan mulai muncul antara pemerintah, PT Lapindo Brantas dan warga korban
lumpur lapindo.
C.
UPAYA PENANGGULANGAN LUAPAN LUMPUR LAPINDO
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur
lapindo adalah dengan membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu.
Namun tanggul yang dibangun bisa sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari
terus meluap naik. Hingga akhirnya direncanakan akan membangun beberapa waduk
untuk membendung lumpur tersebut. Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang
jelas.
Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa luapan lumpur bisa
diatasi dengan melakukan beberapa skenario, namun hingga 2009 luapan tidak bisa
dihentikan yang artinya luapan ini adalah fenomena alam yang akan susah
ditanggulangi tanpa ijin Tuhan.
Beberapa skenario yang dikatakan diatas antara lain :
1. Menggunakan suatu sistem
yang disebut Snubbing Unit yaitu sistem peralatan bertenaga hidraulik
yang umumnya digunakan untuk pekerjaan di dalam sumur yang sudah ada.
Rencananya Snubbing Unit digunakan untuk mencapai rangkaian mata
bor yang tertinggal didalam sumur, jika mata bor ditemukan maka bor tersebut
akan didorong masuk kedalam sumur lalu dasar sumur akan dututp dengan semen dan
lumpur berat. Tetapi rencana ini gagal karena bor gagal didorong masuk kedalam
sumur.
2. Rencana pengeboran miring
menghindari mata bor yang tertinggal.Namun rencana ini juga gagal hingga
akhirnya sumur BPJ-1 ditutup secara permanen.
3. Pembuatan sumur-sumur baru
di sekitar sumur BPJ-1. Ada tiga sumur yang dibangun, yaitu sumur pertama
dibangun sekitar 500 meter barat daya sumur BPJ-1, sumur kedua dibangun sekitar
500 meter barat laut sumur BPJ-1, dan sumur ketiga dibangun sekitar utara timur
laut dari sumur BPJ-1. Sumur-sumur tersebut digunakan untuk mengepung
retakan-retakan tempat keluarnya lumpur. Rencana ini gagal karena bermasalah
dengan biaya yang begitu mahal dan memakan waktu.
D.
HASIL UJI LUMPUR
Berdasarkan
pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan
Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah
B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa,
Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan organik seperti
Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan sebagainya. Hasil
pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada di bawah baku
mutu.
Penyebab lumpur lapindo
Mata
bor menyentuh batu gamping. PT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun
sebenarnya mereka hanya menyentuh titik batu gamping saja. Titik batu gamping
itu banyak lubang sehingga mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan
lumpur dari bawah sudah habis, lalu PT Lapindo berusaha menarik bor, tetapi
gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi pengeboran dihentikan serta perangkap
BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun fluida yang bertekanan tinggi
sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida tersebut harus mencari jalan lain
untuk bisa keluar. Itu lah yang menyebabkan penyemburan tidak hanya terjadi di
sekitar sumur melainkan di beberapa tempat. Oleh karena itu terjadilah semburan
lumpur lapindo